Senin, 01 April 2013

Memoar Pelangi

Bismillahirrahmanirrahim

Membaca catatan-catatan jadul ternyata banyak manfaatnya. Merasa diri ini ternyata sudah banyak berubah. Mengalami berbagai fase yang menambah kedewasaan, semoga.

Tahun 2010 Taj nobatkan sebagai tahun paling galau. Entah pikiran apa yang dulu bergelayut ketika menulis catatan-catatan itu. Rasa-rasanya hampir semua catatan di tahun itu berisi curahan hati yang agak nggak jelas. Laah saya aja lupa itu catatan maksudnya apa. Ditulis dalam suasana galau sih tau, tapi galau karena hal apa sepertinya sudah lupa. Catatan di tahun itu juga banyak membahas soal cinta -meski kebanyakannya kopas-, dan sedikit banyak membuat pikiran Taj melayang ke berbagai kejadian masa lalu -meski sekilas dan urutannya nggak jelas-. Meski dinobatkan sebagai tahun paling galau, bukan berarti nggak ada catatan yang bermanfaat lho -jadi curhatan itu nggak bermanfaat -_-. Mulai sering buka alamat web yang berisi kisah-kisah berhikmah, kemudian membagikannya di facebook. Bisa sampai seharian cuma baca-baca artikel atau kisah-kisah berhikmah itu di depan laptop.

Baca catatan-catatan jadul juga menyadarkan diri, betapa dulu itu orangnya sangat terbuka. Jelas sangat terbuka, lah wong curahan hati ditulis di facebook -yaah setiap teman jadi bisa baca catatannya-. Orang-orang jadi tau suasana hati ini gimana kabarnya. Bahkan yang parah bisa jadi bahan gosip temen sekelas -buah simalakama-.

Then serasa ditampar juga, Dulu itu orangnya norak banget. Catatan facebook itu dianggap diary sendiri, jadinya nggak rahasia lagi dong tuh curhatan.

Kemudian di tahun 2011 nampaknya sedikit berubah -meski ditemukan beberapa catatan galau lagi- dan mulai berkurang intensitas pembuatan catatannya. Mungkin karena galaunya sudah selesai -horeee-. Sampai akhirnya terpikir, "jadi selama ini nulis catatan itu kalau lagi galau aja". Duuh sungguh tidak produktif. Ya gimana nggak, masa kalau mau nulis harus galau atau sedih dulu? Kan nggak selamanya galau atau sedih. Lagi-lagi itu menampar Taj. Harusnya menulis itu bukan saat galau atau sedih aja, tapi diberbagai suasana hati.

Parahnya, Taj pernah minta doa ke salah seorang teman soal pembuatan novel Taj yang ketiga. Taj lupa data novel Taj yang ketiga itu ada dimana sekarang. Bertambah sedih saat menyadari data novel 1 dan 2 juga harus direlakan, karena datanya ada di komputer yang kini telah dijual. Jadilah ketiga novel Taj itu musnah, meski sebenarnya disebabkan kecerobohan diri sendiri sih -yah namanya belum punya flashdisk-. Bahkan Taj lupa judul novel kedua dan ketiga itu apa. Karena -jujur jujuran nih- proses penulisan novel kedua dan ketiga itu waktunya sangat singkat. Dikerjakan dalam keadaan tergesa-gesa, entah dikejar apa.

Membaca salah satu catatan soal impian Taj dulu tuh bikin mengkhayal lagi. Betapa dulu sangat ingin meneruskan studi ke universitas Al-Azhar Kairo. Niat untuk menghapal Al-Qur'an dan kursus bahasa Arab itu nggak kebayang tingginya. Sampai harus terkubur saat nggak mendapat restu orangtua. Yah mau bagaimana kalau restu orangtua tidak menyertai.
Akhirnya Taj bingung mau dibawa kemana ini catatan ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar