Mendapat ilmu yang bermanfaat lagi. Ini adalah sebuah artikel yang saya dapat dari akun facebook seorang teman.
Jodoh yang telah Allah tentukan adalah mereka yang kufu`
(setara/sederajat). Kufu` dalam hal apa? Materi (kekayaan)? Kedudukan (status
sosial)? Tingkat pendidikan? Atau pekerjaan? Bukan, bukan,bukan..
Kufu` (kesetaraan) dalam perjodohan tidak bisa diukur
dari segala bentuk yang bersifat duniawi. Memilih pasangan yang kufu` dalam
bentuk duniawi, tidak ada dasar hukumnya. Tidak dilarang, juga tidak
diharuskan. Artinya tidak ada aturan syar’i yang menetapkannya. Meskipun hal
itu sering dijadikan bahan pertimbangan, oleh kebanyakan orangtua yang akan
menikahkan anaknya. Atau mungkin juga kita yang tanpa sadar menetapkan kriteria
duniawi tertentu.
Namun kufu` dalam perjodohan, sebagaimana yang
dipaparkan Imam Ibnul Qayyim rahimahullah dalam Zaadul Ma‘ad (4/22), "yang
teranggap dalam kafa`ah adalah dalam perkara agamanya (kadar keimanan)".
Beliau juga memaparkan beberapa ayat Qur`an dan hadits,
"Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Kami
menciptakan kalian dari laki-laki dan perempuan dan Kami jadikan kalian
bersuku-suku dan berkabilah-kabilah agar kalian saling mengenal. Sesungguhnya
orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah yang paling
bertakwa." (QS Al Hujurat, 49 : 13)
"Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan
perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik, dan perempuan yang berzina
tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik.
Dan yang demikian itu diharamkan atas orang-orang mu`min." (QS An Nuur, 24
: 3)
"Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki
yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula),
dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki- laki
yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)..." (QS An Nuur, 24
: 26)
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda
kepada Bani Bayadhah, "Nikahkanlah wanita kalian dengan Abu Hindun!".
Maka merekapun menikahkannya sementara Abu Hindun ini profesinya sebagai tukang
bekam.
Rasulullah sendiri pernah menikahkan Zainab binti
Jahsyin Al Qurasyiyyah, seorang wanita bangsawan, dengan Zaid bin Haritsah
bekas budak beliau. Dan menikahkan Fathimah binti Qais Al Fihriyyah dengan
Usamah bin Zaid, juga menikahkan Bilal bin Rabah dengan saudara perempuan Abdurrahman
bin `Auf.
Jadi bisa kita fahami bahwa penetapan Al Qur`an dan As
Sunnah tidak menganggap dalam kafa`ah kecuali perkara agama (kadar keimanan),
adapun perkara nasab (keturunan), profesi dan kekayaan tidaklah teranggap.
Karena itu boleh seorang budak menikahi wanita merdeka dari turunan bangsawan
yang kaya raya apabila memang budak itu seorang yang 'afif (menjaga kehormatan
dirinya) dan muslim. Dan boleh pula wanita Quraisy menikah dengan laki-laki
selain suku Quraisy, wanita dari Bani Hasyim boleh menikah dengan laki-laki
selain dari Bani Hasyim. (Zaadul Ma‘ad, 4/22)
Tapi tak jarang kita pun mendapati pasangan yang sudah
menikah namun tidak se-kufu` (menurut kita). Ada seorang istri shalihah, yang
menangis-nangis memohon hidayah untuk suaminya yang durjana. Ada pula seorang
suami shalih, yang selalu shabar membimbing istrinya yang suka membangkang
padanya. Apa itu juga kufu`?
Tentu tidak kufu`, menurut pandangan kita. Tetapi dalam
pandangan Allah, ada hal lain yang Allah nilai se-kufu` diantara mereka. Dan
Allah lah yang lebih tahu, siapa yang kufu` dengan siapa. Atau Allah telah
merencanakan agar mereka nanti menjadi kufu`.
Karena Allah Maha Tahu bahwa hanya istri shalihah itulah
yang mampu menghadapi suami seperti itu, begitupun halnya dengan suami yang
shalih tadi, hanya dia yang Allah anggap mampu menghadapi istri seperti itu.
Allah lebih tahu siapa yang baik bagi siapa. Sehingga dengan ke-kufu-an yang
tidak kita sadari itu, akan timbullah berbagai kebaikan yang telah Allah
persiapkan.
Tetapi..bukan berarti kita pasrah begitu saja, karena
kita pun dituntut untuk berikhtiar. Bukankah kita menginginkan jodoh/pasangan
yang baik? Dan kita semua menyadari bukan, sebaik apa sih diri kita sebenarnya?
Apa kita cukup baik untuk mendapatkan pasangan yang baik pula? Maka
berikhtiarlah untuk memperbaiki diri (semata-mata karena Allah), agar kita
layak mendapat pasangan yang baik menurut pandangan Allah. Insya Allah..
“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang
keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan
wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki- laki yang
baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula).” (QS An Nuur, 24 : 26)
Tetap semangat berikhtiar, karena Allah akan menilai
sekecil apapun ikhtiar kita.
Semoga bermanfa’at..
Barakallahu fiikum..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar