Kita lanjut yaa ceritanya..
Sudah lama aku tidak mendengar kabar mereka, Mas Danu dan Hindun, Dulu sering aku menerima telepon mereka. Sekedar silaturahmi. Saling bertanya kabar. Tapi kemudian lama mereka tidak menelepon. Aku sendiri pernah beberapa kali menelepon ke rumah mereka, tapi selalu kalau tidak terdengar nada sibuk, ya tidak ada yang mengangkat. Karena itu ketika Mas Danu tiba-tiba menelepon, aku seperti mendapat kejutan yang menggembirakan. Lama sekali kami berbincang-bincang di telepon, melepas kerinduan.
Setelah saling tanya kabar masing-masing, Mas Danu bilangm "Mas, sampeyan sudah dengar belum, Hindun sekarang punya syeikh baru lho?"
"Syeikh baru?" tanyaku. Mas danu memang senang berkelakar.
"Ya, syeikh baru. tahu, siapa? Sampeyan pasti nggak percaya/"
"Siapa, Mas?" tanyaku benar-benar pingin tahu.
"Jibril, Mas. Malaikat Jibril!"
"Jibril?" Aku tak bisa menahan ketawaku. Kadang-kadang sahabatku ini memang sulit dibedakan apakah sedang bercanda atau tidak.
"Jangan ketawa! Ini serius!"
"Wah. Katanya, bagaimana rupanya?" Aku masih kurang percaya.
"Dia tidak cerita rupanya, tapi katanya, Jibril itu humoris seperti sampeyan/"
Saya ngakak. Tapi di seberang sana Mas Danu kelihatannya benar-benar serius; jadi kutahan-tahan juga tawaku. "Bagaimana ceritanya, Mas?"
"Ya, mula-mula dia ikut grup pengajian. Kan di tempat kami sekarang lagi musim grup-grup pengajian. Ada pengajian eksekutif; pengajian seniman; pengajian pensiunan; dan pengajian entah apa lagi. Nah, lama-lama gurunya itu di datangi malaikat Jibril dan sekarang malaikat Jibril itulah yang langsung mengajarkan ajaran-ajaran dari langit. Sedangkan gurunya itu hanya di pinjam mulutnya/"
"Bagaimana mereka tahu kalau yang datang itu malaikat Jibril?"
"Lho, malaikat Jibril-nya sendiri yang mengatakan. Kepada jemaahnya, gurunya itu, maksud saya malaikat Jibril itu, menunjukkan bukti berupa fenomena-fenomena alam yang ajaib yang tidak mungkin bisa dilakukan oleh manusia."
"Ya, tapi jin dan syetan kan bisa melakukan hal seperti itu, Mas!" aku menyela. "Kan ada cerita dulu Syeikh Abdul Qadir Jailani, sufi yang termasyhur itu, pernah di goda Iblis yang menyamar menjadi Tuhan berbentuk cahaya yang terang benderang. Konon sebelumnya, Iblis sudah berhasil menjerumuskan 40 sufi dengan cara itu. Tapi karena keimanannya yang tebal, Syeikh Abdul Qadir Jailani bisa mengenalinya dan mengusirnya."
"Tak tahulah, Mas. Yang jelas jamaahnya banyak orang-orang pinternya lho."
"Wah."
Ketika percakapan akhirnya disudahi dengan janji dari Mas Danu bahwa dia akan terus menelepon bila sempat, aku masih tertegun. Aku membayangkan sang bidadari bertangan besi yang begitu tegar ingin memurnikan agama itu kini "hanya" menjadi pengikut sebuah aliran yang menurut banyak orang tidak rasional dan bahkan berbau klenik. Allah Maha Kuasa! Dialan yang kuasa menggerakkan hati dan pikiran orang.
Beberapa minggu kemudian aku mendapat telepon lagi dari sahabatku, Mas Danu. Kali ini dia bercerita tentang isterinya dengan nada seperti khawatir.
"Wah, Mas, Hindun baru saja membakar diri."
"Apa, Mas?" Aku terkejut setengah mati. "Membakar diri bagaimana?"
"Gurunya yang mengaku titisan Jibril itu mengajak jamaahnya untuk membersihkan diri dari kekotoran-kekotoran dosa, Mereka menyiram diri mereka dengan spirtus, kemudian membakarnya."
"Hei!" Aku ternganga. Dalam hati aku khawatir juga. Soalnya aku pernah mendengar, di luar negeri pernah terjadi jamaah di ajak guru mereka bunuh diri."
"Yang lucu, Mas," suara Mas Danu terdengar lagi melanjutkan, "gurunya itulah yang paling banyak terbakar bagian tubuhnya. Berarti kan dia yang paling banyak dosanya ya, Mas?"
Aku mengangguk, lupa bahwa kami sedang bicara via telepon.
"Doakan sajalah, Mas!" kata sahabatku di seberang menutup pembicaraan.
Beberapa hari kemudian Mas Danu menelepon lagi, menceritakan bahwa istrinya kini jarang pulang. Katanya ada tugas dari Syeikh Jibril yang mengharuskan jamaahnya berkumpul di suatu tempat. Tugas berat tapi suci. Memperbaiki dunia yang sudah rusak ini.
"Pernah pulang sebentar, Mas," kata Mas Danu di telepon, "dan sampeyan tahu apa yang dibawanya? Dia pulang sambil memeluk anjing. Entah dapat dari mana."
Setelah itu Mas Danu tidak pernah menelepon lagi. Aku mencoba menghubunginya dan tidak pernah berhasil. Baru hari ini, tak ada hujan tak ada angin, aku menerima pesan di HP-ku, SMS, isinya singkat. "Mas, Hindun sekarang sudah keluar dari ISlam. Dia sudah tak berjilbab, tak salat, tak puasa. (Danu)"
Aku tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan Mas Danu saat menulis SMS itu. Aku sendiri yang menerima pesan itu tidak bisa menggambarkan perasaanku sendiri. Hanya dari mulutku meluncur saja ucapan masya Allah.
Selesai...
Subhanallah. Apa Anda mendapat pengalaman berharga setelah membaca cerpen ini?
Yang menurut saya paling berharga dari cerita ini, bahwa kita harus hati-hati terhadap berbagai bentuk penyelewengan yang terjadi di masyarakat. Komunikasi dengan keluarga pun sangat dibutuhkan.. Jadi berhati-hatilah ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar